Gempa dan Tsunami telah memorakporandakan Aceh dan sebagian Asia serta menewaskan ratusan ribu jiwa. Adakah pedoman pencegahan bencana ini dalam Al Quran?
Allah pasti tidak lupa memberi petunjuk bagi manusia, termasuk dalam surat Al-Quraisyi ayat 1 yang menceritakan kebiasaan suku Quraisy.
At-Thabary menafsirkan bahwa orang Quraisyi pada musim panas berdagang ke Syam ( 1400 km di utara Mekah ) dan di musim dingin ke Yaman ( 900 km di selatan Mekah ). Sedangkan Ibnu Aabbas mengatakan, orang Quraisyi pada musim panas pergi ke Thaif ( 100 km di sebelah timur ) dan di musim dingin menetap di Mekah. Ahli tafsir lain memuji orang Quraisy yang tidak segan berdagang ke tempat jauh demi mencari untung, lalu menganjurkan kita mengikuti kegigihan mereka. Yang menarik ialah bahwa Surat Quraisy ini tidak bicara soal merantau lalu menetap di Syam atau Yaman. Melainkan bolak balik pergi lalu pulang lagi ke Mekah. Allah mengisyaratkan suatu perjalanan hilir mudik untuk menghidari cuaca musim panas dan musim dingin yang tidak bersahabat. Islam memang sangat menggalakkan umatnya untuk bepergian, baik dalam rangka bisnis, menuntut ilmu, atau melihat-lihat. " Katakan, 'bepergianlah di bumi dan lihatlah bagaimana awal penciptaan." ( Q.S. Al Ankabut : 20 )
Dalam ayat yang lain, " Katakan, 'bepergianlah di bumi dan lihatlah bagaimana akibat orang-orang zaman dulu." ( Q.S. Ar Ruum : 42 )
Orang yang sedang bepergian disebut musafir. Para musafir memperoleh berbagai kemudahan dari Allah. Mereka boleh tidak puasa Ramadhan, boleh menggabung dan meringkas shalat wajib, boleh mendapat bagian zakat, dan doanya mustajab. Tahun Islam diawali dengan peristiwa hijrah, migrasi, perjalanan jauh menghadapi penindasan. ada kesan bahwa umat yang mobile, yang bergerak dinamis, lebih utama dari umat yang statis. Bepergian lebih dianjurkan daripada bermukim. Seolah ada pesan Allah untuk orang Islam agar senantiasa bergerak, tidak diam di tempat.
Gempa bumi, Tsunami, dan ledakkan gunung berapi pasti terjadi sewaktu-waktu. Para ahli Geofisika ada yang menghitung datangnya tsunami dalam periode tertentu, misalnya 100 tahun sekali. Korbannya sebagian besar adalah mereka yang bermukim, menetap di kawasan sekitarnya. Tetapi mereka yang sedang bepergian selamat.
Dalam konteks menghindari bencana alam, Al Quran memberi isyarat bahwa kota di masa depan harus bisa berpinda-pindah. Jangan melekat di permukaan tanah seperti sekarang, terutama di dekat kawasan rawan bencana. Teknologi peringatan dini tidak akan efektif bila penduduk hanya bisa lari horizontal. Mereka akan dikejar ombak lumpur tsunami berkecepatan 500 km per jam. Kota masa depan harus dibangun di atas kerangka logam ringan, melayang di atas tanah, diantungkan pada balon-balon seperti zeppelin yang besar. Peter Lorie dalam Histori of The Future meramalkan, kota di tahun 2400, yang terdiri atas rumah-rumah yang mandiri, tidak memerlukan kabel-kabel listrik, pipa air minum dan saluran pembuangan.
Michael Jantzen, desainer dari Illinois, merancang autonomous Dwling Vehicle ( ADV ), rumah yang siap berpindah kemana pun sesuai keinginan penghuni. Kebutuhan air didapat dari air hujan yang dimurnikan, energi didapat dari matahari, dan angin untuk pemanasan atau pendinginan udara. Air buangan dari dapur dan toilet didaur ulang. Semua menjadi sangat irit dan fleksibel.Ribuan unit rumah ADV tadi bisa berkumpul menjadi satu kota. Di musim dungin, kota bisa berlabuh di pantai dan di musim panas dipindahkan melayang ke pegunungan, Persis gambaran dalam Surat Quraisyi. Penduduk yang masih ada kegiatan di permukaan tanah bisa turun dengan elevator untuk bertani, menggali tambang, atau rekreasi. Ketika ada tanda bahaya Tsunami, mereka bisa segera lari vertikal, dan kota ditinggikan sampai 100 meter dari tanah dengan cepat.
Konsep kota berpindah-pindah memerlukan perubahan paradigma tentang tanah. Manusia tidak usah ingin mempunyai hak milik atas tanah. Tanah adalah milik Allah Swt. Manusia nantiya hanya memerlukan sepetak tanah untuk kuburnya. Itupun sebenarnya bisa ditumpuk untuk beberapa jenazah. Rumah, kantor, pabrik, cukup dibangun diatas konstruksi melayang-layang di udara. Alangkah hematnya penggunaan tanah seperti itu. Hampir seluruh permukaan bumi bisa dihutankan kembali sehingga ekosistem kembali normal. Bencana alam akan semakin berkurang. Selain aman dari bahaya gempa bumi dan tsunami, juga tidak akan ada sengketa tanah. Dan ketika semua hidup di kota-kota yang selalu berpindah-pindah, status mereka adalah musafir yang doanya selalu dikabulkan. Maka manusia menjadi sangat bersahabat dengan alam dan Tuhannya.Insyaallah.
Comments
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar, silahkan baca untuk lebih jelasnya silahkan tanyakan